Jumat, 04 Januari 2013

KODE ETIK PROFESI HUMAS PRSA


Organisasi Humas PRSA yang didirikan 4 Februari 1946 ini merupakan organisasi tertua dan terbesar di Amerika Serikat. Anggota yang dimiliki sedikitnya 20 ribu orang dan bermarkas di New York City.
              Para anggota PRSA tersebut harus menjamin untuk melaksanakan etika profesi PR sebagai berikut :
1.      Memimpin dirinya sendiri, baik secara bebas maupun secara professional dalam menyesuaikan diri dengan penigkatan kesejaheraan masyarakat.
2.      Menjadi pembimbig bagi seluruh aktivitas anggotanya dengan norma persetujuan umum, kebenaran, kebersamaan, ketelitian, perjanjian yang semestinya dan keterbukaan serta citra rasa yang baik.
3.      Mendukung rencana kerja untuk mengembangkan keahlian professional, perencanaan pendidikan, dan pelatihan dalam praktik-praktik kehumasan.

              Berkaitan dengan “Code of Profesional Standard” anggota PRSA berkewajiban untuk :
1.      Meningkatkan dan memelihara norma yang luhur dalam memberikan pelayanan social kemasyarakatan;
2.      Meningkatkan dan memelihara sikap yang beriktikad baik sesame para anggotanya;
3.      Humas/PR harus dihargai sebagai profesi yang terhormat di dalam kehidupan masyarakat;
4.      Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan kepercayaan dan integritas profesionalnya.
              Kode standar Profesi PRSA merupakan kewajiban profesi kehumasan bagi anggota PRSA, yaitu sebagai berikut :
a.       Landasan atau Sikap Humas anggota PRSA
1.      Keahlian (skill);
2.      Pelayanan social;
3.      Penyesuaian diri dengan kepentingan masyarakat;
4.      Kejujuran, kebenaran, ketelitian, dan cita rasa yang tinggi;
5.      Tidak menempatkan diri dalam suatu konflik yang terjadi, dalam arti tidak bersikap memihak kepada kepentingan sepihak dan tertentu;
6.      Menjaga nama baik dan kepercayaan masyarakat;
7.      Menjaga integritas saluran komunikasi umum dan media massa;
8.      Tidak boleh memutarbalikan fakta dan pendapat atau mengeluarkan informasi yang dapat menyesatkan masyarakat;
9.      Tidak boleh mengadudombakan kelompok masyarakat tertentu dengan pihak yang lainnya sehingga menimbulkan perpecahan dan keresahan dalam masyarakat;
10.  Tidak boleh mempergunakan metode untuk melecehkan atau menghina kelompok, etnis, dan suku serta agama tertentu;
11.  Tidak boleh meminta bayaran dan komisi tertentu dalam memberikan pelayanan kemayarakatan serta kegiatan sosialnya;
12.  Tidak boleh membiarkan pelanggaran terhadap ketentuan atau peraturan yang telah disepakati bersama oleh para anggota mana pun;
13.  Harus saling kerja sama dengan para anggota lainnya secara bersama menaati ketentuan atau komitmen bersama.
Semoga bermanfaat :)

SWEET SEVENTEEN’S LOVE


NINA
Sampai disini, langkahku harus kembali terhenti karena orang itu.Aku tak tahu bagaimana aku menggambarkan perasaanku ketika melihat mereka berdua berdekatan.Perasaan ini begitu sakit dan tidak dapat menerimanya.Perasaanku jadi merasa tidak enak secara tiba-tiba dan tanpa alasan. Mungkin karena acara ini tidak akan berjalan seperti yang aku inginkan. Aku masuk ke kamar untuk sejenak menenangkan diri.Aku menatap cermin yang hanya diam tak bergerak dihadapanku, dia memandangku bimbang. Entah apa yang aku pikirkan saat ini, semuanya tiba-tiba jadi semakin tidak jelas.Aku coba menarik napas panjang untuk menenangkan pikiran.Bagaimanapun juga aku harus berada diantara mereka semua sampai semuanya selesai.
“Hai, cilik!Baru kelihatan, dari tadi aku cari-cari enggak ada.Kemana aja?”Suara itu mengagetkanku saat aku menampakkan diri didepan pintu kamar.Aku hanya tersenyum yang dipaksakan dan segera menjawab pertanyaannya.
“Tadi masih ambil sesuatu di kamar.”
“Hm,,, Happy birth day ya, ini kadonya. Spesial lo ya.Bukanya nanti aja.”Dia memelukku erat seperti biasa.Pelukan yang bagiku sangat berarti banyak namun tak ada apa-apa baginya, karena baginya aku hanya anak kecil yang baru lahir kemarin sore.
“Makasih, mas.”Sekali lagi aku hanya menjawabnya datar.
Dan untuk kali ini aku tidak ingin terlihat tidak menyenangkan di mata mas Kareel. Aku tidak akan memperlihatkan bahwa aku sedang kebingungan tentang sesuatu yang tidak jelas adanya. Namun penyamaranku sepertinya tidak berguna, dia mengenali wajahku yang sedang tidak beres.
“Nin, kamu kenapa?Kamu gak enak badan, ya?”Dia mengangkat wajahku yang dari tadi mati-matian aku sembunyikan.
“Tuh, kan! Kamu lagi gak enak badan nih pasti.”Dia meraba-raba keningku.
“Apaan sih, mas.Aku gak pa-pa kok.”Aku langsung menghindar dan segera menemui teman-temanku yang dari tadi sudah datang.
Acara ulang tahun yang sederhana tapi meriah ini berlangsung dengan lancar dan leganya semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Aku segera menutup pintu kamar rapat-rapat setelah bang Norman membantu membawakan semua kado ke kamarku. Acara sudah selesai dan aku merasa tidak ada yang spesial.Semuanya biasa-biasa saja.Tidak ada yang bisa aku kenang dalam tiup lilin sweet seventeen-ku. Tidak seperti anak-anak yang lain yang tiba-tiba ditembak oleh cowok yang disukainya, atau tiba-tiba dapat kado liburan ke paris, atau dapat liburan gratis bersama seleb yang disukainya, aku hanya diam tak bergairah. Meskipun aku tidak mengaharapakan aku ditembak olehseorang cowok atau dapat tiket liburan tapi setidaknya aku dapat menikmati pesta ultahku baru saja.Namun semuanya terasa begitu datar, bahkan hambar.Sedikit demi sedikit aku menenangkan pikiran dengan membuka satu persatu kado hadiah dari semua orang.Cukup membantu.
♥♥♥
Aku hanya diam didepan pagar sekolah menunggu jemputan datang.Hari ini aku dilarang pulang naik angkutan umum karena ternyata aku semalam terkena demam tinggi.Dan hari ini terpaksa masuk karena sedang UTS.Setelah menunggu sekian lama menunggu akhirnya ada orang yang memanggilku sambil tergopoh-gopoh menghampiriku.
“Hai nona cilik, sorry banget ya mas lama jemputnya.Habis si Norman dadakan banget ngomongnya kalo kamu harus dijemput.”
“Bang Norman, mana?”
“Katanya mobilnya ngadat.Jadi aku yang jemput.Kita pulang sekarang, yuk!”Aku hanya diam dan menuruti kata-katanya tanpa banyak bertanya lagi.Aku lagi pusing dan ingin segera sampai rumah, tidur, dan melupakan hal-hal yang tidak penting.
Aku sudah tahu, aku akan berada di jok belakang, melihat mereka berdua ngobrol, aku sendiri mendengarkan dengan kesal, dan berbagai perasaan lain yang tidak enak akan terjadi didalam mobil ini.
Mas Kareel membukakan pintu mobil belakang sekalian menutupkannya kembali setelah aku masuk.Mobil itu segera melaju setelah semuanya beres.Disamping kemudi telah ada kak Tiara yang akhir-akhir ini memang sedang dekat dengan Mas Kareel. Dia menyapaku dengan ramah sebelum akhirnya membuka obrolan dengan sang supir sendiri. Aku hanya menjadi pendengar.Menjadi pendengar yang tidak berguna sangat membosankan.Duduk di jok belakang dan menjadi orang yang tidak diajak nimbrung adalah kegiatan yang paling bodoh yang pernah ada.Aku harus mendengar semuanya tanpa tahu maksudnya.Mereka berdua sangat asyik dengan mereka sendiri padahal diantara mereka juga ada orang yang mungkin butuh untuk dihargai. Sebeelllllll…. Hhh, aku pengen pingsan.
♥♥♥
“Abang, pokoknya aku gak mau kejadian tadi siang terulang lagi.”
Bang Norman tiba-tiba mematung didepan pintu sebelum meninggalkan kamarku. Kebetulan dia baru saja mendapat tugas mengantar makananku ke kamar.
“Kejadian apaan?Emang apa yang telah terjadi?”Dia memasang tampang yang sok diseriuskan.
“Kejadiannya, kalo sampe, besok, atau suatu hari nanti aku memang harus dijemput, terus ternyata abang enggak bisa jemput, jangan sampe yang menjadi penggantinya lagi adalah mas Kareel.”
Bang Norman manggut-manggut.
“Terus siapa yang bakal jadi penggantinya?”
“Pokoknya selain mas Kareel.Ojek kek, taksi kek, becak kek, atau apa lah.”
“Alasannya?”
“Aku bukan anak kecil lagi yang bisa mereka cuekin ketika mereka membicarakan sesuatu.Dan aku juga selamanya gak mau berada diantara mereka berdua.”
“Emang mereka ngomongin apa?” Bang Norman mulai menggoda.
“Abang, aku cuma bilangin sekali lagi.Jangan sampai hal seperti itu terjadi lagi.Abang ngerti enggak sih?”
“Haduuh, nona lagi marah, lagi cemburu, dan lagi ngerasain campur aduk hingga tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.”Dia mengacak-acak rambutku.
“Aaah, semuanya gak ada yang ngerti.Semuanya gak punya perasaan.” Aku mendorong tubuh bang Norman keluar kamar sambil teriak-teriak gak jelas gara-gara kesal. Setelah itu aku membanting pintu sekuatnya.
♥♥♥
Aku menatap boneka yang dihadiahkan mas Kareel padaku kemarin pada acara ulangtahunku. Terlihat sangat manis namun aku memandangnya sebagai sesuatu yang sia-sia. Boneka itu berarti bagiku tanpa alasan. Aku ingin menjadikannya sesuatu yang istimewa, namun tidak tahu  istimewa dalam hal apa. Aku memandanginya sekali lagi.Ternyata ada simbol jempol yang ukuran jarinya mirip dengan ukuran jempol tanganku.Kudekatkan tanganku untuk mencocokkannya.Aku menghela napas ketika menemukan jawabannya.Ternyata benar, itu memang ukuran jempolku.Namun dengan hal itu aku semakin membenci boneka ini.
Dulu, sebelum aku menjadi orang ‘gila’ seperti sekarang, aku sangat dekat dengan mas Kareel dan sering menyemangatinya ketika dia sedang sedih.Aku sering bilang padanya bahwa dia adalah orang yang paling TOP di dunia, dan sebagai simbolnya aku selalu mengacungkan jempolku untuknya.
Sekarang aku menjadi benci tanpa alasan padanya ketika ada kak Tiara yang tiba-tiba selalu menjadi perioritas utamanya dan melupakan aku.Mungkin aku cemburu, mungkin aku kecewa, bukan, mungkin aku kerasukan setan yang dulunya mati karena dikhianati oleh pacarnya. Ah, semuanya gak masuk akal. Aku membanting boneka cream besar itu dari hadapanku.
‘Kroeek’
“Nina, sore ini kita pergi ke acaranya Tiara ya. Kamu diundang.Siap-siap ya!”
Kepala bang Norman melongo di pintu.
“Acara apaan?”
Bang Norman urung menutup pintu dan orang itu akhirnya masuk kedalam.
“Peringatan kematian adiknya.”
“Terus kenapa ngundang aku? Kapan aku diundangnya?Aku gak nerima undangan.Lagian, aku gak kenal-kenal banget sama dia.”Tanyaku panjang lebar yang menandakan bahwa aku sangat tidak bersedia untuk hadir.
“Nin, meskipun Tiara tidak begitu kenal sama kamu, dia mengaku sangat menyukai kamu. Ketika melihat kamu dia bilang selalu ingat sama mendiang adiknya. Dia memang terlihat tidak begitu akrab dengan kamu itupun dia bilang karena setiap kali kalian bertemu, kamu selalu cemberut.Makanya dia gak berani deketin kamu.”
“Udah jelas aku gak suka dia, udah jelas-jelas aku gak pengen kedet-deket dia, ngapain masih bilang kalo dia suka aku?”
“Nina, katanya kamu udah besar, tapi kenapa kelakuan kamu masih seperti itu?Kalau kamu ngaku kamu udah gede, ya bersikaplah seperti orang gede.”
“Tahu lah, bang. Pokoknya aku gak mau dateng.”Aku membelakangi abangku.
“Nina-nina. Abang kira kamu udah gede.”Abang menggeleng-geleng kepala.“Untung Kareel sangat sabar nerima kamu.Untung dia orang yang ngerti kamu. Jadi, dia bisa nasehatin aku tiap kali aku kesel sama kamu. Sekarang terserah kamu, mau tetep kaya’ gitu apa enggak. Yang jelas Kareel juga manusia, dia juga bisa marah ketika kamu bersikap seperti itu.”
Dia membuka gagang pintu bersiap untuk keluar.
“Dan satu lagi, aku tahu kamu suka sama Kareel. Tapi jangan berharap terlalu banyak kalo sikapmu masih seperti itu. Kareel pasti akan memilih orang yang tepat dalam hidupnya.Kalau aku jadi Kareel, aku pasti akan lebih memilih Tiara daripada kamu.”
Suara itu membekukanku dalam lamunan.Kata-kata abang, meskipun terasa menyakitkan, kedengarannya sangat bisa diterima dan benar.Baru kali ini aku merasa bersalah, baru kali ini aku merasa putus asa.Aku sudah menemukan jawabannya.Aku sudah tahu kenapa akhir-akhir ini mas Kareel menghilang dariku.Jadi semua ini bukan salah kak Tiara atau siapapun juga.Ternyata satu-satunya orang yang bersalah adalah aku.Sekarang aku juga sadar kalau mas Kareel pastinya lebih nyaman ketika bersama kak Tiara.Kak Tiara yang cantik, pintar, baik dan juga dewasa. Siapa yang akan merasa bosan berlama-lama diam dengannya? Tentu saja enggak ada.Pantas saja selama ini aku merasa kesal tanpa alasan, ternyata aku iri padanya, kak Tiara.
♥♥♥
KAREEL
Sudah dua jam aku disini tapi menunggu kedatangannya bagai satu tahun. Kenapa sudah hampir sore begini dia belum pulang juga?Aku resah ingin segera melihat wajahnya yang aku rindukan selama ini. Sudah seminggu ini aku tidak bertemu dengannya karena aku harus pergi menyelesaikan pekerjaan diluar kota. Sebenarnya aku sangat benci ketika setiap kali aku harus pergi ke luar kota, tapi apalah daya itu merupakan tugas kantor.
“Ma, Nina mana ya? Kok belum pulang juga?”Suara Norman sedikit mengobatiku karena tanpa sengaja dia telah membantuku menjawab pertanyaan yang dari tadi menghantui.
Sambil mendekat membawa potongan buah yang sudah dikupas, tante Sarah segera menjawab. “Katanya masih mau ngumpul sama temen-temennya. Dia udah pamit sama mama kalau mau pulang telat.”
“Oh!”
Norman manggut-manggut paham.Setelah mengucapkan kata tanda mengerti itu dia melanjutkan game-nya.Selanjutnya aku hanya diam berusaha untuk sabar menunggu si cilik Nina datang.
Satu jam setelah itu yang ditunggupun datang dengan wajah kecapekan. Aku berharap dia tidak langsung tidur setelah masuk kamar.Dan aku berusaha menahannya agar nanti menemaniku di luar.
“Aduh cilik. Lama banget sih datengnya. Mas nungguin kamu lo dari tadi.”Matanya yang besar ditubuh mungilnya selalu menghidupkanku.Dia menatapku jengkel.Aku semakin ingin menggodanya.
“Kenapa? Beneran lo, mas kangen ma kamu.”
“Mas, udah deh. Nina kan gak punya hutang sama mas Kareel. Jadi jangan memberondong disaat orang lagi capek gini dong.” Dia cemberut.
“Mmm, yaudah. Berarti sekarang kamu harus ganti baju dulu, nanti mas temenin kamu nenangin pikiran, oke!”Aku mendorong tubuh mungil itu ke kamarnya, membukakan pintu kamar untuknya lalu menutupnya lagi setelah aku berhasil memasukkan makhluk cilik itu ke dalam.
Aku segera menyiapkan makanan yang memang sudah ada diatas meja.
Menunggunya beberapa menit lagi setelah itu Nina keluar dengan baju santainya.Dengan malas dia menghampiri meja makan dan segera menghadapi piring yang sudah berisi nasi yang aku siapkan baru saja.
“Makan yang banyak ya biar cepat gede.”Dia memakannya tanpa bersuara sedikitpun.Namun sekarang dia malah kelihatan sedih. Entah apa yang dipikirkannya. Yang jelas memang akhir-akhir ini aku sering melihatanya seperti itu, dan aku sangat tidak suka melihatnya murung begitu.
Sudah lama aku ingin bertanya kenapa dia tidak pernah seceria lagi seperti dulu.Tapi Norman bilang aku tidak perlu menanyakannya, aku turuti.
Tanpa suara sedikitpun dia terus makan sampai nasi dipiringnya habis.Aku menawarkan agar dia nambah lagi, tapi dia tolak.
“Kalo udah selesai, ikut mas minum teh yuk!”
Dia segera beranjak tanpa menjawab sedikitpun.Dan dia langsung menuju balkon sementara aku masih mengambil dua cangkir teh hangat.
“Reel, mau kemana? Temenin main dong.” Suara Norman tiba-tiba muncul.
“Manja! Enggak ah, aku lagi mau sama si cilik. Kangen!” Norman sedikit melirik kearah Nina yang sudah duduk diam. Entah apa arti lirikannya itu. Buru-buru aku membawa tehnya kehadapan Nina.
“Nih, diminum. Enak lo.”Dia menyeruputnya sedikit dan meletakkannya lagi.
“Jam berapa sampe, mas?”
“Tadi siang jam setengah 12an, langsung kesini, deh.”Aku nyengir.
“Owh…”
“Nih, ta-da……” Aku memberikan boneka super besar padanya.
“Oleh-oleh ya?”
Aku mengangguk.
“Tengkyu ya mas.” Dia kelihatan senang dan memeluk boneka itu sesaat.
Dan sesaat setelah itu keadaan menjadi tidak berjalan dengan lancar.Nina diam. Akupun juga.Aku juga tidak tahu kenapa keadaan menjadi beku begini.Dan mau tidak mau, aku harus membuka obrolan terlebih dahulu.
“Nina, kamu marah sama mas ya?” Dia mengangkat wajahnya yang dari tadi sengaja disembunyikan.
“Enggak, marah kenapa mas?”
“Kamu ada masalah?”
“Enggak juga.”
“Mas lihat kamu akhir-akhir ini murung terus. Kalau ada apa-apa kamu bisa cerita sama mas kalo kamu mau.”
“Hm, enggak ada apa-apa mas.”Dia tersenyum garing.
Keadaan kembali menjadi hening seketika.Entah kenapa kali ini sepertinya ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan serius.
“Nina, mas boleh bilang sesuatu gak?”
“Apa mas? Boleh lah.”
“Mas enggak suka kamu murung terus kaya gitu. Apalagi mas enggak tahu apa penyebabnya.”
Nina hanya diam dan kembali tertunduk.Entah berapa lama hal itu berlangsung.Aku perhatikan sepertinya ada sesuatu yang tidak beres.
NINA
Mas, aku sangat suka ketika mas menyebut namaku langsung, Nina. Aku sangat suka karena dengan begitu aku merasa bahwa aku telah menjadi gadis yang dewasa, aku merasa dihargai.Bukan dengan sebutan Cilik lagi.
KAREEL
“Cilik, kenapa diam aja? Ngomong dong!”
NINA
Jangan panggil aku Cilik lagi, tolong!Aduh, kenapa hatiku terasa sakit seperti ini? Sakit kenapa sih?emang apanya yang salah?
KAREEL
“Nin, kamu nangis?”
NINA
Aduh, kenapa nangis?Kenapa mataku panas?Aduh, jangan dong.Aku malu.
KAREEL
Aku segera merengkuh tubuhnya kedalam pelukanku.Aku tidak suka melihatnya seperti itu.Walaupun aku tidak tahu dia kenapa. Aku sangat ingin menjadi seseorang yang dapat menghapus air matanya. Dia makin sesenggukan dipelukanku tanpa suara. Aku tak akan melepasnya sebelum dia mengatakan apa yang terjadi. Aku bersumpah akan menyelesaikan masalahnya, apapun itu, agar si cilik ini tidak menangis lagi.
“Lepasin, mas!” Aku tidak mendengarkannya, aku tidak akan lepaskan dia sebelum dia benar-benar lega.
“Mas, lepas!” Katanya setengah berteriak.Berusaha keluar dari belenggu kedua tanganku.Aku yang juga sangat kaget serta merta langsung melepasnya.Aku tak dapat berkata-kata.Aku tertegun.
“Mas, Nina cuma mau bilang, mulai sekarang mas enggak perlu terlalu baik lagi sama Nina. Karena dengan begitu Nina akan semakin ngerasa sakit.”Aku masih tidak mengerti.Namun Nina langsung pergi dan buru-buru masuk kamar. Dengan wajah penuh tanda tanya aku menghampiri Norman yang masih saja sibuk dengan game-nya.
“Nangis? Emang kalian dari tadi ngomongin apa?” Katanya enteng sambil masih sibuk dengan stick dikedua tangannya.Namun tiba-tiba dia berhenti sejenak dan berkata serius.
“Cepet urus anak itu.Dia jatuh cinta ma kamu tapi dia juga cemburu dengan keberadaan Tiara.Aku pernah bilang kalau kamu pasti milih Tiara daripada dia karena dia yang masih childish banget, egois dan tidak pernah merasa bersalah.Kalau kamu memang cuma anggap dia seorang adik yang butuh dimanjakan, kamu segera jelasin deh sama dia sebelum dia salah paham lebih lama. Lagian juga, u..m..u..r..k..a..l..i..a..n..y..a..n..g..te..r” Tanpa menunggu Norman selesai menjelaskan aku langsung pergi ke kamarnya dan menggedor-gedor pintu yang dikuncinya dari dalam. Tante Sarah dan Nenek yang mendengar keributan itu hanya melongo diujung koridor tanpa berani melakukan apapun.Setelah aku ancam mau mendobrak pintu akhirnya pintu itu terbuka juga.
Matanya sembab dan hampir bengkak gara-gara menangis yang keterlaluan.
“Mas hanya akan selalu ada didekat kamu kalau kamu bersedia, dan akan menjauh dari kamu mulai sekarang kalau kamu gak suka mas ada disini.” Dia mengangkat wajahnya sebentar dan langsung menghambur kearahku.
“Dasar anak kecil!”Aku mengacak-acak rambutnya yang panjang sepinggang.
“Mas bukan orang jahat kok. Jadi mas enggak akan tega mempermainkan hati seseorang.Kalau masalah Tiara, dia memang orang baik, tapi karena dia orang yang sangat mengerti perasaan orang lain, dia sampai ngerasa bersalah udah kenal ma aku.
Mas sangat senang semua ini segera terjawab, karena mas juga ingin selalu berada didekat kamu, Cilik.


Penulis : Sahabatku "Sri Wahyuni"
Semoga bisa menghibur kalian :)

Claudya Delvin


Aku bertanya pada diriku sendiri kapankah pekerjaanku ini akan selesai? Ini sudah malam dan aku harus segera pulang.Ini tidak wajar dan aku tidak tenang.Keringat dingin mulai keluar dan kekahwatiran semakin mendera.
“Ampun nyonya, bukankah seharusnya saya pulang dan mengakhiri pekerjaan disaat matahari terbenam?Sedangkan ini sudah malam.Saya harus merawat suami saya yang sedang sakit.”
Sang ratu tersenyum lembut seraya berkata, “Tidak usah terburu-buru.Tidak akan terjadi sesuatu pada suamimu. Aku masih ada perlu, jadi bersabarlah sedikit.”Aku tidak bisa membantah, namun hatiku tetap melawannya karena aku meninggalkan suamiku, belahan jiwaku, dalam keadaan tidak berdaya sendirian.Tidak, aku tidak dapat meninggalkannya, aku harus pulang.
“Nyonya, kalau boleh hamba meminta.Tolong perkenankan hamba pulang dan jika memang ada hal yang ingin disampaikan, saya akan kembali besok pagi-pagi.”Aku memohon dengan sepenuh hati dan dengan segala kerendahanku.Aku menunduk hikmad karena sangat menghormatinya.
“Claudya, aku sangat mengerti kekhawatiranmu.Tapi tolonglah aku untuk sekali ini saja.Aku tidak akan membuatmu merasa letih, hanya tinggal disini lebih lama lagi.”Aku menundukkan kepala sebentar dan segera berlalu dari hadapannya.Aku menyetujui permitaannya, tak ada alasan lagi untuk menolak. Kemudian membantu pelayan yanglain menyelesaikan pekerjaan.
☺☺☺
Aku adalah seorang pelayan di istana, atau bisa dibilang orang kepercayaan.Aku bekerja mulai dari subuh hingga matahari terbenam. Awalnya aku tinggal di istana bersama pelayan yang lain, namun setelah aku berkeluarga, aku hidup bersama suamiku.Hidup tak selamanya seperti yang kita inginkan, hidup selalu menuntut perjuangan dan hidup membutuhkan keikhlasan.
Suamiku, Clark Delvin telah lumayan lama sakit.Dia bilang sakit ringan, dan dia juga pernah bilang sakit influenza.Namun entah apapun itu alasannya aku sangat pedih ketika setiap kali mendengar suara batuknya yang begitu mengancam. Aku merawatnya dengan sepenuh hati karena cinta, meskipun dia selalu melarang aku mendekatinya karena penyakitnya akan menular. Aku tak memikirkan apapun tentang penyakitnya kecuali kesembuhannya, jika mungkin penyakitnya itu akan merenggutku, aku tak akan pernah mundur untuk berhenti merawatnya.
“Mrs. Delvin.Nyonya memanggil anda.”Sebuah suara mengagetkanku.
Aku segera bergegas menemui Ratu Margareth, berharap bahwa aku telah diijinkan pulang.Dengan penuh hormat aku menghadap.Di beberapa sisi kursi ada orang yang sangat asing bagiku, namun aku tak menghiraukan itu, aku hanya ada urusan dengan majikanku.
“Claudya.”
“Saya, Nyonya.”
“Saya akan memperkenalkan kamukepada seseorang yang sangat berpengaruh di negeri ini.Berikan hormat padanya.”
Aku memberi hormat dan menyebutkan namaku dengan sopan.
“Aku Dylan Aldwin. Senang berkenalan denganmu, kau cantik sekali.”Dia tersenyum ramah dan mengangguk kearahku.Lalu kembali menghadap pada ratu Margareth.Aku meminta diri.
“Karena sudah selesai, jika diperkenankan. Saya pamit untuk pulang.”
“Kenapa harus terburu-buru, Claud.Bermalamlah disini sekali saja.”
“Maafkan saya, saya harus segera berada di rumah.”
“Aku kira kamu bisa minum teh dengan kami dan berkenalan lebih dekat lagi dengan tamuku ini.”
“Sekali lagi, maafkan saya.”
Aku segera beranjak dan menghilang dari hadapan ratu.Aku tidak ingin lebih lama ada disini.Aku benci.Aku pikir ini sangat tidak masuk akal, menahanku untuk pulang hanya untuk berkenalan dengan orang itu.Aku tidak suka, aku merasa dipermainkan karena ini tidak ada manfaatnya untukku.Aku harus menemani suamiku di rumah.
Aku menarik napas dalam sebelum masuk ke rumah dan berusaha agar tetap tersenyum dan meminta maaf sedalam-dalamnya kepada suamiku tercinta.
“Selamat malam.”Aku membuka pintu dan menyalakan lampu. Aku tahu Clark tidak akan sempat melakukan ini semua. Dia sedang berbaring lemas di tempat tidur, aku harus segera menemuinya.Namun langkahku masih tertunda ketika aku mendengar sebuah suara yang datang dari dapur.Aku menyalakan lampu dan betapa kaget ketika melihat ada seseorang sedang berusaha menyalakan kompor. Dia berusaha meraba apayang bisa dia jangkau, dia kerepotan dengan kursi rodanya yang selalu membawa dia kemana-mana. Aku menghampirinya dan segera membawanya ke meja makan.
“Maafkan aku, Clark.Aku terlambat.Masih banyak pekerjaan disana sehingga aku tidak bisa cepat pulang.Maafkan aku.Aku segera akan siapkan makanan untukmu.”Aku mencium keningnya tanda bahwa aku benar-benar minta maaf.Aku tidak ingin dia marah atau kalau tidak, aku tidak ingin dia merasa ditinggalkan atau merasa sendiri.
Dan yang kudapat adalah senyum dia yang nakal.Entah kenapa seperti itu.Aku jadi heran.Dia cekikikan melihat rawutku yang bercampur aduk, antara kesal dan malu.
“Clark, ini tidak lucu.”
Dia masih tersenyum geli.
“Clark, cukup!”Aku mendelik dan langsung kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan.Aku tak menghiraukan dia lagi yang terus mengekor di belakang.Hari ini aku dijengkelkan oleh orang-orang yang sangat dekat denganku, aku tidak mengerti kenapa semua orang ingin membuat aku marah dan kesal hari ini.
“Mrs. Delvin.”Suara Clark menggodaku.Aku berhenti sejenak membasuh sayuran.Namun aku urungkan untuk menanggapi omongannya.Aku kembali melanjutkan pekerjaanku.
“Adakah waktu luang malam ini?Bisakah kita makan malam bersama?”
Aku tak tahan lagi dengan godaan yang ini?Aku ingin tertawa karena senang dengan kata-kata seperti ini, dan aku memang sangat senang.Aku membalikkan tubuhku dan mendapati Clark telah menyodorkan setangkai bunga mawar merah ke hadapanku.Aku menyambutnya dengan senyuman lebar, dan dia mencium tanganku dengan penuh cinta.
“Tak ada cinta yang lebih besar di dunia ini, kecuali cintaku padamu.”
“Clark, terimakasih.”
“Sama-sama.”
“Aku punya satu pertanyaan.”
“Apa?”
“Kenapa kau tidak memarahiku setelah seharian meninggalkanmu, sehingga kamu merana disini sendiri.Tanpa satupun yang menemanimu.Harusnya kamu marah dan menghukumku.”Dadaku terasa sesak.Aku ingin sekali dia memprotesku karena kecerobohanku ini.
Clark terkekeh lagi, entah apa yang terus dia tertawakan. Dia selalu menanggapi aku seperti itu ketika hatiku resah.
“Clark, aku ingin sekali kamu bahagia.Katakan saja apa yang harus aku lakukan untukmu.”
Dia menyeret kursi rodanya kehadapanku dan merangkulku.Aku tenang dipelukannya, namun kejanggalanku tak hilang.Aku terus merasa bersalah.
“Kau mau tahu?”Dia bertanya.
“Hm.” Aku menjawab seadanya.
“Aku lapar, dan kamu harus membuatkanku makanan enak.”
Aku menyurutkan airmataku dan tertawa.Aku merasa terhibur dengan kata-katanya.Aku sangat senang.Akhirnya aku kembali memasak.Yah, hanya ini yang bisa aku lakukan untuknya. Memasakkan makanan setiap akan berangkat kerja dan pulang kerja. Dan berusaha agar tidak membuatnya sedih.Tak ada lagi tujuanku hidup kecuali dirinya.Itulah sebabku masih bisa kuat sampai sekarang, tak ada lagi sebabnya kecuali dia.
Hampir 3 tahun pernikahan kita, tapi belum dikaruniai seorang anak.Namun kita tak pernah mengeluhkan tentang ini, karena kami berdua sama-sama tahu bahwa kami sudah bahagia dengan adanya kami sekarang. Dan penyakitnya sudah hampir 2 tahun, dia sering ke dokter dan selalu mengatakan padaku bahwa dia baik-baik saja namun memang tidak se-sehat orang lain. Aku tak keberatan karena aku percaya padanya.Aku telah siapkan dia kursi roda agar ketika dia tidak kuat untuk berjalan, dia bisa menggunakannya.
Sebenarnya, aku ingin sekali menghabiskan waktu bersamanya.Tanpa harus meninggalkannya kemanapun.Atau kalau bisa biar aku saja yang dirumah mengurus pekerjaan rumah dan duduk sambil menunggunya pulang kerja.Namun kenyataan ini begitu pahit ketika aku harus selalu meninggalkannya dalam waktu lama, dan dia pasti sangat bosan berada didalam rumah ini, sendirian, sepi, tak ada yang bisa dia ajak berbicara.
☺☺☺
Malam ini, aku sangat lelah.Sangat mengantuk dan ingin cepat tidur.
Sehabis makan malam, aku segera merapihkan meja makan dan membersihkan badan. Aku akan beranjak tidur sebelum akhirnya aku melihat Clark termenung dibawah taburan bintang, di balkon.
“Clark, sudah malam. Sebaiknya tidur saja.Juga tidak baik untuk kesehatanmu berada diluar.”
Dia menarik tanganku dan menggenggamnya erat.Clark menatapku dalam dan aku heran dengan semua ini.Dia sangat jarang bersikap begitu serius seperti ini, Clark adalah orang yang humoris dan hampir semua yang dilakukannya hanya bersifat main-main.
“Ada apa, Clark? Kamu kenapa?”
Dan kalau ini tak salah, aku melihat butiran bening itu keluar dari sudut matanya yang selama ini terlihat ceria.Kini, kesedihannya tak bisa lagi dia tampaung sendiri, ada kesedihan yang aku tidak tahu, karena aku pikir hanya aku yang sedih, dan hanya aku yang merasa bersalah.Namun nyatanya dia juga tersiksa ketika melihatku setiap hari merawatnya dengan sabar.
“Maafkan aku, sayangku.”
Airmataku tak terbendung.Aku sangat sedih, ulu hatiku terasa begitu perih ketika menyaksikan airmatanya runtuh.Aku tak pernah bermaksud untuk membuatnya sedih, bahkan aku sangat ingin melihatnya selalu ceria.Aku hanya makhluk yang lemah namun keinginanku melebihi dari kelemahanku untuk mencintainya dan memberikan kebahagiaan untuknya.
☺☺☺
Setelah pagi menjelang, menyambutku dengan senyumnya yang begitu menawan dan desiran angin yang lembut, perasaanku tak kunjung tenang.Perasaan aneh dan khawatir sangat menggangguku.Akhirnya aku putuskan untuk tidak ke istana hari ini.Aku ingin bersama Clark hari ini, bahkan sampai kapanpun. Dan keinginanku tak sesuai dengan apa yang aku pikirkan. Baru selesai sarapan dengan Clark, ratu mengirimiku pesan agar segera datang ke istana.
“Pergilah! Aku lebih senang jika kamu juga menyenangkan hati orang lain.”
Aku meninggalkan Clark dengan berat hati.
Dalam perjalanan, aku terus memikirkan kata-katanya.Dan sangat pahit rasanya ketika mengingat itu semua.
“Sayangku, Claudya. Pujaan hatiku yang aku cintai dari dulu, sekarang dan untuk selamanya. Sekarang aku akan berkata jujur padamu. Aku akan mengatakan sesuatu padamu. Namun aku tidak mau kamu bersedih.Aku mohon dengan sangat padamu.Janganlah kamu bersedih.Anggaplah hal ini biasa.”Aku hanya diam, terus membiarkannya.Karena aku tidak bisa berjanji untuk tidak bersedih.Mendengar suaranya saja aku selalu merasa terpukul.
“Aku sudah tidak sehat lagi, dan keadaanku semakin parah.Aku hanya ingin berterimakasih karena selama ini kau dengan sabar merawatku dan mencintaiku dengan sepenuh hati.Dan, maafkan aku karena aku tidak dapat membahagiakanmu. Kerjaku selama ini hanya membuatku semakin repot mengarungi hidup ini yang keras.” Dan dari berbagai perkatannya, aku hanya tidak habis pikir ketika dia memintaku untuk meninggalkannya dan mencari cinta yang lain.
“Sayang, tak ada yang aku inginkan dalam hidupku ini kecuali kebahagiaanmu.Dan kenyataan mengatakan bahwa aku tidak dapat melakukan itu semua. Jadi aku minta agar kamu bisa mendapatkan orang lain yang dapat membahagiakanmu.” Sungguh aku benci dengan kata-kata ini.Aku sangat marah.
Aku bersumpah, bahwa hari ini aku akan segera pulang. Aku hanya akan menyampaikan kepada ratu bahwa aku tidak bisa kembali lagi ke istana. Mulai hari ini aku akan menghabiskan waktuku hanya dengan Clark suamiku.
☺☺☺
Aku semakin heran dan merasa hilang arah ketika sampai di istana. Seakan semua orang bersikap lain terhadapku. Namun aku tak mengerti itu apa. Dan aku berusaha menghilangkan semua perasaan aneh itu, yang jelas aku sekarang akan mengatakan pada ratu bahwa hari ini aku akan segera pulang dan tidak akan kembali lagi ke istana. Namun maksudku itu masih tertunda oleh acara makan siang Ratu dengan para tetamunya, masih seperti kemarin.Tamunya masih tetap Mr. Aldwin.Ketika aku ingin menyampaikan, aku di suruh ke ruang ganti untuk melihat beberapa baju.
Di dalam ruangan yang penuh dengan baju-baju ratu Margareth, yang paling menarik perhatianku adalah sebuah gaun pengantin berwarna putih yang terpajang di tengah ruangan.Sesaat kemudian beberapa perias datang ke ruangan dan mengambil gaun itu.
“Mrs. Delvin, silahkan mencoba gaun ini.”Aku menurut.Setelah keluar dari ruang ganti, perias itu kembali bertanya.
“Apakah anda merasa nyaman dengan gaun ini?” Dia bertanya dengan sangat sopan.
“I-i-iya.”
Dia memeriksa beberapa bagian dari gaun itu, memeriksa kelengkapannya.
Lalu aku kembali ke ruang ganti dan segera melepas gaun itu dengan cepat. Dan sesaat aku berpikir, buat apa semua ini? Perkenalan, makan bersama, dan gaun pengantin.Ketika ingat Mr. Aldwin itu aku langsung bergegas menemui ratu Margareth.
“Sungguh keterlaluan semua yang telah anda lakukan nyonya.Ini tidak seperti nyonya yang saya kenal selama ini.Yang saya kagumi karena kerendahan hatinya, karena kebaikannya, tapi kenapa sekarang malah ingin memisahkan saya dari suami saya. Apakah anda tahu bahwa hanya dialah satu-satunya yang saya miliki di dunia ini dan tak ada yang lain yang saya inginkan.”Tanpa menunggu tanggapannya aku langsung pergi meninggalkan istana itu.Dia memanggil namaku, berkali-kali.Tapi aku tak menghiraukannya.
☺☺☺
Sungguh tak bisa dipercaya semua pemandangan ini, ini adalah sebuah kejutan.Kejutan yang sangat menyakitkan.Aku menemukan suamiku telah berbaring dengan tenang diatas ranjang kami berdua.Membawa senyum damainya bersama bidadari-bidadari yang telah menjemputnya.
Aku limbung, kehilangan arah dan tak tahu apa yang harus aku perbuat. Aku perhatikan wajahnya, dia tak main-main, itu berarti dia telah meninggalkanku untuk selamanya.
“Wahai, apakah ini keadilan?Aku tak meminta apapun kecuali dirinya.Aku tak menuntut apapun darinya.Aku hanya ingin dia.”Aku berteriak pada dinding-dinding yang sunyi, yang selalu menemani kekasihku ini.Tembok ini pasti lebih tahu semuanya daripada aku, karena dialah yang telah mejaganya selama ini.
“Anakku, berhentilah bersedih. Dia hanya hilang dari pandanganmu untuk sementara.Kelak kalian akan bersatu di surga.”
Ratu telah berada dibelakangku dan memegang pundakku.Mungkin dia mengikutiku dari belakang.
“Lihatlah bagaimana cara dia meninggalkanku! Apakah dia ingin membalasku karena selama ini aku selalu meninggalkannya sendirian disini?”Teriakanku semakin keras.
“Dia sangat mencintaimu dan dia tidak tega melihatmu setiap hari bekerja untuk dirinya, menafkahinya.Padahal itu adalah tugas yang harus dilakukannya untukmu.”Ratu merangkulku dan ikut tersedu.
“Tidak, bukan itu alasannya, dia tidak mencintaiku.Dia meninggalkanku sendiri.Dia begitu jahat.Aku tidak pernah keberatan merawatnya, aku tidak pernah mempermasalahkan ini.”Airmataku tak berhenti meleleh dan rasanya semakin sakit ketika aku berkata-kata.Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku benar-benar telah ditinggalkan?Apakah aku harus merelakannya? Apakah benar aku akan bertemu lagi kelak?
☺☺☺
Permaisuriku,,,,
Yang menerangi malamku, matahari pagiku, dan penutup senjaku
Jangan kau hiraukan terik matahari diatasmu
Karena dia akan tertunduk ketika berhadapan denganmu
Jangan kau takuti gelapnya malam
Karena dia tak kuasa melihat cahayamu yang indahmu bak pualam
Aku akan menunggumu di surga
Bersama para bidadari dan pujangga
Aku kembali melipat surat itu dan menyimpannya.
Aku baru tahu bahwa yang ingin aku menikah dengan orang yang bernama Dylan itu adalah suamiku, Clark.
Ternyata cinta tak memandang sakitnya sendiri, dia hanya ingin melihat yang dicintainya bahagia.Cinta tak meminta upah dan cinta juga tak memandang lelah.
Penulis : Sahabatku "Sri Wayuni"
Semoga bisa menghibur kalian :)