NINA
Sampai disini, langkahku harus kembali terhenti karena orang itu.Aku
tak tahu bagaimana aku menggambarkan perasaanku ketika melihat mereka berdua berdekatan.Perasaan
ini begitu sakit dan tidak dapat menerimanya.Perasaanku jadi merasa tidak enak
secara tiba-tiba dan tanpa alasan. Mungkin karena acara ini tidak akan berjalan
seperti yang aku inginkan. Aku masuk ke kamar untuk sejenak menenangkan
diri.Aku menatap cermin yang hanya diam tak bergerak dihadapanku, dia
memandangku bimbang. Entah apa yang aku pikirkan saat ini, semuanya tiba-tiba
jadi semakin tidak jelas.Aku coba menarik napas panjang untuk menenangkan
pikiran.Bagaimanapun juga aku harus berada diantara mereka semua sampai
semuanya selesai.
“Hai, cilik!Baru kelihatan, dari tadi aku cari-cari enggak
ada.Kemana aja?”Suara itu mengagetkanku saat aku menampakkan diri didepan pintu
kamar.Aku hanya tersenyum yang dipaksakan dan segera menjawab pertanyaannya.
“Tadi masih ambil sesuatu di kamar.”
“Hm,,, Happy birth day ya, ini kadonya. Spesial lo ya.Bukanya nanti
aja.”Dia memelukku erat seperti biasa.Pelukan yang bagiku sangat berarti banyak
namun tak ada apa-apa baginya, karena baginya aku hanya anak kecil yang baru
lahir kemarin sore.
“Makasih, mas.”Sekali lagi aku hanya menjawabnya datar.
Dan untuk kali ini aku tidak ingin terlihat tidak menyenangkan di
mata mas Kareel. Aku tidak akan memperlihatkan bahwa aku sedang kebingungan
tentang sesuatu yang tidak jelas adanya. Namun penyamaranku sepertinya tidak
berguna, dia mengenali wajahku yang sedang tidak beres.
“Nin, kamu kenapa?Kamu gak enak badan, ya?”Dia mengangkat wajahku
yang dari tadi mati-matian aku sembunyikan.
“Tuh, kan! Kamu lagi gak enak badan nih pasti.”Dia meraba-raba
keningku.
“Apaan sih, mas.Aku gak pa-pa kok.”Aku langsung menghindar dan
segera menemui teman-temanku yang dari tadi sudah datang.
Acara ulang tahun yang sederhana tapi meriah ini berlangsung dengan
lancar dan leganya semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Aku segera menutup
pintu kamar rapat-rapat setelah bang Norman membantu membawakan semua kado ke
kamarku. Acara sudah selesai dan aku merasa tidak ada yang spesial.Semuanya biasa-biasa
saja.Tidak ada yang bisa aku kenang dalam tiup lilin sweet seventeen-ku. Tidak
seperti anak-anak yang lain yang tiba-tiba ditembak oleh cowok yang disukainya,
atau tiba-tiba dapat kado liburan ke paris, atau dapat liburan gratis bersama
seleb yang disukainya, aku hanya diam tak bergairah. Meskipun aku tidak
mengaharapakan aku ditembak olehseorang cowok atau dapat tiket liburan tapi
setidaknya aku dapat menikmati pesta ultahku baru saja.Namun semuanya terasa
begitu datar, bahkan hambar.Sedikit demi sedikit aku menenangkan pikiran dengan
membuka satu persatu kado hadiah dari semua orang.Cukup membantu.
♥♥♥
Aku hanya diam didepan pagar sekolah menunggu jemputan datang.Hari
ini aku dilarang pulang naik angkutan umum karena ternyata aku semalam terkena
demam tinggi.Dan hari ini terpaksa masuk karena sedang UTS.Setelah menunggu
sekian lama menunggu akhirnya ada orang yang memanggilku sambil tergopoh-gopoh
menghampiriku.
“Hai nona cilik, sorry banget ya mas lama jemputnya.Habis si Norman
dadakan banget ngomongnya kalo kamu harus dijemput.”
“Bang Norman, mana?”
“Katanya mobilnya ngadat.Jadi aku yang jemput.Kita pulang sekarang,
yuk!”Aku hanya diam dan menuruti kata-katanya tanpa banyak bertanya lagi.Aku
lagi pusing dan ingin segera sampai rumah, tidur, dan melupakan hal-hal yang
tidak penting.
Aku sudah tahu, aku akan berada di jok belakang, melihat mereka
berdua ngobrol, aku sendiri mendengarkan dengan kesal, dan berbagai perasaan
lain yang tidak enak akan terjadi didalam mobil ini.
Mas Kareel membukakan pintu mobil belakang sekalian menutupkannya
kembali setelah aku masuk.Mobil itu segera melaju setelah semuanya
beres.Disamping kemudi telah ada kak Tiara yang akhir-akhir ini memang sedang
dekat dengan Mas Kareel. Dia menyapaku dengan ramah sebelum akhirnya membuka
obrolan dengan sang supir sendiri. Aku hanya menjadi pendengar.Menjadi
pendengar yang tidak berguna sangat membosankan.Duduk di jok belakang dan
menjadi orang yang tidak diajak nimbrung adalah kegiatan yang paling bodoh yang
pernah ada.Aku harus mendengar semuanya tanpa tahu maksudnya.Mereka berdua
sangat asyik dengan mereka sendiri padahal diantara mereka juga ada orang yang mungkin
butuh untuk dihargai. Sebeelllllll…. Hhh, aku pengen pingsan.
♥♥♥
“Abang, pokoknya aku gak mau kejadian tadi siang terulang lagi.”
Bang Norman tiba-tiba mematung didepan pintu sebelum meninggalkan
kamarku. Kebetulan dia baru saja mendapat tugas mengantar makananku ke kamar.
“Kejadian apaan?Emang apa yang telah terjadi?”Dia memasang tampang
yang sok diseriuskan.
“Kejadiannya, kalo sampe, besok, atau suatu hari nanti aku memang
harus dijemput, terus ternyata abang enggak bisa jemput, jangan sampe yang
menjadi penggantinya lagi adalah mas Kareel.”
Bang Norman manggut-manggut.
“Terus siapa yang bakal jadi penggantinya?”
“Pokoknya selain mas Kareel.Ojek kek, taksi kek, becak kek, atau
apa lah.”
“Alasannya?”
“Aku bukan anak kecil lagi yang bisa mereka cuekin ketika mereka
membicarakan sesuatu.Dan aku juga selamanya gak mau berada diantara mereka
berdua.”
“Emang mereka ngomongin apa?” Bang Norman mulai menggoda.
“Abang, aku cuma bilangin sekali lagi.Jangan sampai hal seperti itu
terjadi lagi.Abang ngerti enggak sih?”
“Haduuh, nona lagi marah, lagi cemburu, dan lagi ngerasain campur
aduk hingga tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.”Dia mengacak-acak rambutku.
“Aaah, semuanya gak ada yang ngerti.Semuanya gak punya perasaan.”
Aku mendorong tubuh bang Norman keluar kamar sambil teriak-teriak gak jelas
gara-gara kesal. Setelah itu aku membanting pintu sekuatnya.
♥♥♥
Aku menatap boneka yang dihadiahkan mas Kareel padaku kemarin pada
acara ulangtahunku. Terlihat sangat manis namun aku memandangnya sebagai
sesuatu yang sia-sia. Boneka itu berarti bagiku tanpa alasan. Aku ingin
menjadikannya sesuatu yang istimewa, namun tidak tahu istimewa dalam hal apa. Aku memandanginya
sekali lagi.Ternyata ada simbol jempol yang ukuran jarinya mirip dengan ukuran
jempol tanganku.Kudekatkan tanganku untuk mencocokkannya.Aku menghela napas
ketika menemukan jawabannya.Ternyata benar, itu memang ukuran jempolku.Namun
dengan hal itu aku semakin membenci boneka ini.
Dulu, sebelum aku menjadi orang ‘gila’ seperti sekarang, aku sangat
dekat dengan mas Kareel dan sering menyemangatinya ketika dia sedang sedih.Aku
sering bilang padanya bahwa dia adalah orang yang paling TOP di dunia, dan
sebagai simbolnya aku selalu mengacungkan jempolku untuknya.
Sekarang aku menjadi benci tanpa alasan padanya ketika ada kak
Tiara yang tiba-tiba selalu menjadi perioritas utamanya dan melupakan
aku.Mungkin aku cemburu, mungkin aku kecewa, bukan, mungkin aku kerasukan setan
yang dulunya mati karena dikhianati oleh pacarnya. Ah, semuanya gak masuk akal.
Aku membanting boneka cream besar itu dari hadapanku.
‘Kroeek’
“Nina, sore ini kita pergi ke acaranya Tiara ya. Kamu
diundang.Siap-siap ya!”
Kepala bang Norman melongo di pintu.
“Acara apaan?”
Bang Norman urung menutup pintu dan orang itu akhirnya masuk
kedalam.
“Peringatan kematian adiknya.”
“Terus kenapa ngundang aku? Kapan aku diundangnya?Aku gak nerima
undangan.Lagian, aku gak kenal-kenal banget sama dia.”Tanyaku panjang lebar
yang menandakan bahwa aku sangat tidak bersedia untuk hadir.
“Nin, meskipun Tiara tidak begitu kenal sama kamu, dia mengaku
sangat menyukai kamu. Ketika melihat kamu dia bilang selalu ingat sama mendiang
adiknya. Dia memang terlihat tidak begitu akrab dengan kamu itupun dia bilang
karena setiap kali kalian bertemu, kamu selalu cemberut.Makanya dia gak berani
deketin kamu.”
“Udah jelas aku gak suka dia, udah jelas-jelas aku gak pengen
kedet-deket dia, ngapain masih bilang kalo dia suka aku?”
“Nina, katanya kamu udah besar, tapi kenapa kelakuan kamu masih
seperti itu?Kalau kamu ngaku kamu udah gede, ya bersikaplah seperti orang
gede.”
“Tahu lah, bang. Pokoknya aku gak mau dateng.”Aku membelakangi
abangku.
“Nina-nina. Abang kira kamu udah gede.”Abang menggeleng-geleng
kepala.“Untung Kareel sangat sabar nerima kamu.Untung dia orang yang ngerti
kamu. Jadi, dia bisa nasehatin aku tiap kali aku kesel sama kamu. Sekarang
terserah kamu, mau tetep kaya’ gitu apa enggak. Yang jelas Kareel juga manusia,
dia juga bisa marah ketika kamu bersikap seperti itu.”
Dia membuka gagang pintu bersiap untuk keluar.
“Dan satu lagi, aku tahu kamu suka sama Kareel. Tapi jangan
berharap terlalu banyak kalo sikapmu masih seperti itu. Kareel pasti akan
memilih orang yang tepat dalam hidupnya.Kalau aku jadi Kareel, aku pasti akan
lebih memilih Tiara daripada kamu.”
Suara itu membekukanku dalam lamunan.Kata-kata abang, meskipun
terasa menyakitkan, kedengarannya sangat bisa diterima dan benar.Baru kali ini
aku merasa bersalah, baru kali ini aku merasa putus asa.Aku sudah menemukan
jawabannya.Aku sudah tahu kenapa akhir-akhir ini mas Kareel menghilang
dariku.Jadi semua ini bukan salah kak Tiara atau siapapun juga.Ternyata
satu-satunya orang yang bersalah adalah aku.Sekarang aku juga sadar kalau mas
Kareel pastinya lebih nyaman ketika bersama kak Tiara.Kak Tiara yang cantik, pintar,
baik dan juga dewasa. Siapa yang akan merasa bosan berlama-lama diam dengannya?
Tentu saja enggak ada.Pantas saja selama ini aku merasa kesal tanpa alasan,
ternyata aku iri padanya, kak Tiara.
♥♥♥
KAREEL
Sudah dua jam aku disini tapi menunggu kedatangannya bagai satu
tahun. Kenapa sudah hampir sore begini dia belum pulang juga?Aku resah ingin
segera melihat wajahnya yang aku rindukan selama ini. Sudah seminggu ini aku
tidak bertemu dengannya karena aku harus pergi menyelesaikan pekerjaan diluar
kota. Sebenarnya aku sangat benci ketika setiap kali aku harus pergi ke luar
kota, tapi apalah daya itu merupakan tugas kantor.
“Ma, Nina mana ya? Kok belum pulang juga?”Suara Norman sedikit
mengobatiku karena tanpa sengaja dia telah membantuku menjawab pertanyaan yang
dari tadi menghantui.
Sambil mendekat membawa potongan buah yang sudah dikupas, tante
Sarah segera menjawab. “Katanya masih mau ngumpul sama temen-temennya. Dia udah
pamit sama mama kalau mau pulang telat.”
“Oh!”
Norman manggut-manggut paham.Setelah mengucapkan kata tanda
mengerti itu dia melanjutkan game-nya.Selanjutnya aku hanya diam berusaha untuk
sabar menunggu si cilik Nina datang.
Satu jam setelah itu yang ditunggupun datang dengan wajah
kecapekan. Aku berharap dia tidak langsung tidur setelah masuk kamar.Dan aku
berusaha menahannya agar nanti menemaniku di luar.
“Aduh cilik. Lama banget sih datengnya. Mas nungguin kamu lo dari
tadi.”Matanya yang besar ditubuh mungilnya selalu menghidupkanku.Dia menatapku
jengkel.Aku semakin ingin menggodanya.
“Kenapa? Beneran lo, mas kangen ma kamu.”
“Mas, udah deh. Nina kan gak punya hutang sama mas Kareel. Jadi
jangan memberondong disaat orang lagi capek gini dong.” Dia cemberut.
“Mmm, yaudah. Berarti sekarang kamu harus ganti baju dulu, nanti
mas temenin kamu nenangin pikiran, oke!”Aku mendorong tubuh mungil itu ke
kamarnya, membukakan pintu kamar untuknya lalu menutupnya lagi setelah aku
berhasil memasukkan makhluk cilik itu ke dalam.
Aku segera menyiapkan makanan yang memang sudah ada diatas meja.
Menunggunya beberapa menit lagi setelah itu Nina keluar dengan baju
santainya.Dengan malas dia menghampiri meja makan dan segera menghadapi piring
yang sudah berisi nasi yang aku siapkan baru saja.
“Makan yang banyak ya biar cepat gede.”Dia memakannya tanpa bersuara
sedikitpun.Namun sekarang dia malah kelihatan sedih. Entah apa yang
dipikirkannya. Yang jelas memang akhir-akhir ini aku sering melihatanya seperti
itu, dan aku sangat tidak suka melihatnya murung begitu.
Sudah lama aku ingin bertanya kenapa dia tidak pernah seceria lagi
seperti dulu.Tapi Norman bilang aku tidak perlu menanyakannya, aku turuti.
Tanpa suara sedikitpun dia terus makan sampai nasi dipiringnya
habis.Aku menawarkan agar dia nambah lagi, tapi dia tolak.
“Kalo udah selesai, ikut mas minum teh yuk!”
Dia segera beranjak tanpa menjawab sedikitpun.Dan dia langsung
menuju balkon sementara aku masih mengambil dua cangkir teh hangat.
“Reel, mau kemana? Temenin main dong.” Suara Norman tiba-tiba
muncul.
“Manja! Enggak ah, aku lagi mau sama si cilik. Kangen!” Norman
sedikit melirik kearah Nina yang sudah duduk diam. Entah apa arti lirikannya
itu. Buru-buru aku membawa tehnya kehadapan Nina.
“Nih, diminum. Enak lo.”Dia menyeruputnya sedikit dan meletakkannya
lagi.
“Jam berapa sampe, mas?”
“Tadi siang jam setengah 12an, langsung kesini, deh.”Aku nyengir.
“Owh…”
“Nih, ta-da……” Aku memberikan boneka super besar padanya.
“Oleh-oleh ya?”
Aku mengangguk.
“Tengkyu ya mas.” Dia kelihatan senang dan memeluk boneka itu
sesaat.
Dan sesaat setelah itu keadaan menjadi tidak berjalan dengan
lancar.Nina diam. Akupun juga.Aku juga tidak tahu kenapa keadaan menjadi beku
begini.Dan mau tidak mau, aku harus membuka obrolan terlebih dahulu.
“Nina, kamu marah sama mas ya?” Dia mengangkat wajahnya yang dari
tadi sengaja disembunyikan.
“Enggak, marah kenapa mas?”
“Kamu ada masalah?”
“Enggak juga.”
“Mas lihat kamu akhir-akhir ini murung terus. Kalau ada apa-apa
kamu bisa cerita sama mas kalo kamu mau.”
“Hm, enggak ada apa-apa mas.”Dia tersenyum garing.
Keadaan kembali menjadi hening seketika.Entah kenapa kali ini
sepertinya ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan serius.
“Nina, mas boleh bilang sesuatu gak?”
“Apa mas? Boleh lah.”
“Mas enggak suka kamu murung terus kaya gitu. Apalagi mas enggak
tahu apa penyebabnya.”
Nina hanya diam dan kembali tertunduk.Entah berapa lama hal itu
berlangsung.Aku perhatikan sepertinya ada sesuatu yang tidak beres.
NINA
‘Mas, aku sangat suka ketika mas menyebut namaku langsung, Nina.
Aku sangat suka karena dengan begitu aku merasa bahwa aku telah menjadi gadis
yang dewasa, aku merasa dihargai.Bukan dengan sebutan Cilik lagi.’
KAREEL
“Cilik, kenapa diam aja? Ngomong dong!”
NINA
‘Jangan panggil aku Cilik lagi, tolong!Aduh, kenapa hatiku
terasa sakit seperti ini? Sakit kenapa sih?emang apanya yang salah?’
KAREEL
“Nin, kamu nangis?”
NINA
‘Aduh, kenapa nangis?Kenapa mataku panas?Aduh, jangan dong.Aku
malu.’
KAREEL
Aku segera merengkuh tubuhnya kedalam pelukanku.Aku tidak suka
melihatnya seperti itu.Walaupun aku tidak tahu dia kenapa. Aku sangat ingin
menjadi seseorang yang dapat menghapus air matanya. Dia makin sesenggukan
dipelukanku tanpa suara. Aku tak akan melepasnya sebelum dia mengatakan apa
yang terjadi. Aku bersumpah akan menyelesaikan masalahnya, apapun itu, agar si
cilik ini tidak menangis lagi.
“Lepasin, mas!” Aku tidak mendengarkannya, aku tidak akan lepaskan
dia sebelum dia benar-benar lega.
“Mas, lepas!” Katanya setengah berteriak.Berusaha keluar dari
belenggu kedua tanganku.Aku yang juga sangat kaget serta merta langsung melepasnya.Aku
tak dapat berkata-kata.Aku tertegun.
“Mas, Nina cuma mau bilang, mulai sekarang mas enggak perlu terlalu
baik lagi sama Nina. Karena dengan begitu Nina akan semakin ngerasa sakit.”Aku
masih tidak mengerti.Namun Nina langsung pergi dan buru-buru masuk kamar.
Dengan wajah penuh tanda tanya aku menghampiri Norman yang masih saja sibuk
dengan game-nya.
“Nangis? Emang kalian dari tadi ngomongin apa?” Katanya enteng
sambil masih sibuk dengan stick dikedua tangannya.Namun tiba-tiba dia berhenti
sejenak dan berkata serius.
“Cepet urus anak itu.Dia jatuh cinta ma kamu tapi dia juga cemburu
dengan keberadaan Tiara.Aku pernah bilang kalau kamu pasti milih Tiara daripada
dia karena dia yang masih childish banget, egois dan tidak pernah merasa
bersalah.Kalau kamu memang cuma anggap dia seorang adik yang butuh dimanjakan,
kamu segera jelasin deh sama dia sebelum dia salah paham lebih lama. Lagian
juga, u..m..u..r..k..a..l..i..a..n..y..a..n..g..te..r” Tanpa menunggu Norman
selesai menjelaskan aku langsung pergi ke kamarnya dan menggedor-gedor pintu
yang dikuncinya dari dalam. Tante Sarah dan Nenek yang mendengar keributan itu
hanya melongo diujung koridor tanpa berani melakukan apapun.Setelah aku ancam
mau mendobrak pintu akhirnya pintu itu terbuka juga.
Matanya sembab dan hampir bengkak gara-gara menangis yang
keterlaluan.
“Mas hanya akan selalu ada didekat kamu kalau kamu bersedia, dan
akan menjauh dari kamu mulai sekarang kalau kamu gak suka mas ada disini.” Dia
mengangkat wajahnya sebentar dan langsung menghambur kearahku.
“Dasar anak kecil!”Aku mengacak-acak rambutnya yang panjang
sepinggang.
“Mas bukan orang jahat kok. Jadi mas enggak akan tega mempermainkan
hati seseorang.Kalau masalah Tiara, dia memang orang baik, tapi karena dia
orang yang sangat mengerti perasaan orang lain, dia sampai ngerasa bersalah
udah kenal ma aku.”
Mas sangat senang semua ini segera terjawab, karena mas juga ingin
selalu berada didekat kamu, Cilik.
Penulis : Sahabatku "Sri Wahyuni"
Semoga bisa menghibur kalian :)